Minggu, 28 September 2025

Keberhasilan dan Kegagalan dalam Dunia Wirausaha Teknologi

 Dibuat Oleh : Ilham Yusuf AE 028



Pendahuluan

Dunia wirausaha selalu ditandai dengan dinamika ketidakpastian. Ada perusahaan yang berhasil mengubah industri, namun ada pula yang kehilangan pangsa pasar karena gagal beradaptasi. Analisis studi kasus menjadi cara efektif untuk memahami faktor kunci di balik keberhasilan maupun kegagalan sebuah usaha.

Dalam laporan ini dipilih dua perusahaan global yang sama-sama bergerak di bidang teknologi telekomunikasi, yakni Apple Inc. sebagai contoh keberhasilan, dan Nokia sebagai contoh kegagalan. Keduanya pernah bersaing dalam pasar ponsel, namun menempuh jalur berbeda dalam strategi, inovasi, dan mindset. Dari studi kasus ini, calon wirausahawan dapat menarik pelajaran penting mengenai motivasi, etika bisnis, tanggung jawab sosial, serta pentingnya mindset growth dan orientasi peluang.


Studi Kasus Keberhasilan: Apple


Latar Belakang

Apple didirikan oleh Steve Jobs, Steve Wozniak, dan Ronald Wayne pada 1976. Perusahaan ini awalnya berfokus pada komputer personal, namun berkembang menjadi salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia dengan produk ikonik seperti iPhone, iPad, MacBook, dan layanan digital. Keberhasilan Apple sangat dipengaruhi oleh visi pendirinya, inovasi produk, serta strategi branding yang kuat.


Motivasi

Internal: Steve Jobs memiliki passion yang besar terhadap desain, inovasi, dan menciptakan produk yang mengubah cara hidup manusia. Visi pribadinya adalah “membuat perangkat yang berada di persimpangan antara seni dan teknologi.”

Eksternal: Tekanan kompetisi dengan IBM, Microsoft, dan produsen smartphone lain mendorong Apple untuk terus berinovasi. Selain itu, peluang pasar global yang membutuhkan perangkat cerdas dengan integrasi software–hardware juga menjadi motivasi eksternal yang signifikan.


Etika dan Tanggung Jawab Sosial

Apple dikenal dengan etika bisnis yang menekankan kualitas, keamanan data pengguna, dan pengalaman konsumen. Meski sempat mendapat kritik atas kondisi pekerja di pemasok (seperti Foxconn), Apple berupaya meningkatkan standar etika dengan laporan transparansi rantai pasok dan komitmen energi terbarukan. Apple juga aktif dalam isu privasi digital dan perlindungan data, yang memperkuat reputasi etis di mata pelanggan.


Mindset

Apple adalah contoh jelas dari growth mindset dan opportunity-oriented. Mereka selalu bereksperimen: dari komputer, musik digital (iPod), telepon pintar (iPhone), hingga layanan digital (App Store). Kesediaan untuk mengambil risiko besar — seperti meluncurkan iPhone pada saat pasar masih didominasi ponsel tombol — menunjukkan mindset terbuka terhadap peluang. Hal ini berkontribusi langsung pada posisi Apple sebagai pemimpin pasar teknologi global.


Pelajaran Penting

1. Visi kuat dan passion internal dapat menjadi fondasi inovasi.

2. Integrasi etika (data, rantai pasok, lingkungan) membangun kepercayaan jangka panjang.

3. Growth mindset memungkinkan perusahaan melakukan lompatan teknologi dan menciptakan tren baru.


Studi Kasus Kegagalan: Nokia



Latar Belakang

Nokia, perusahaan asal Finlandia, pernah menguasai lebih dari 40% pasar ponsel dunia pada awal 2000-an. Namun, dominasi tersebut runtuh dalam waktu singkat ketika smartphone modern mulai mendominasi. Nokia gagal beradaptasi dengan perubahan pasar yang dipimpin Apple (iPhone) dan Google (Android).


Motivasi

Internal: Nokia awalnya didorong oleh semangat inovasi teknologi telekomunikasi. Mereka punya visi untuk menjadi pemimpin global komunikasi mobile.


Eksternal: Tekanan kompetisi global justru membuat Nokia terlalu fokus mempertahankan pangsa pasar ponsel tradisional (feature phone). Mereka gagal membaca arah tren konsumen yang beralih ke smartphone berbasis sistem operasi terbuka.


Etika dan Tanggung Jawab Sosial


Nokia relatif tidak memiliki skandal besar terkait etika, bahkan dikenal sebagai perusahaan yang peduli lingkungan melalui program daur ulang perangkat. Namun, kegagalan Nokia bukanlah pada aspek etika, melainkan pada kegagalan strategis dan inovasi. Transparansi internal yang lemah dan konflik manajemen membuat perusahaan lamban mengambil keputusan strategis, misalnya soal pengembangan sistem operasi modern.


Mindset

Nokia menunjukkan kecenderungan fixed mindset: merasa dominasi pasar yang kuat akan bertahan lama. Mereka enggan mengambil risiko untuk beralih cepat ke smartphone layar sentuh dan lebih memilih mempertahankan Symbian OS yang ketinggalan zaman. Kesalahan ini membuat Nokia kehilangan momentum ketika Apple memperkenalkan iPhone (2007) dan Google merilis Android (2008). Kegagalan mindset adaptif ini berkontribusi langsung pada kejatuhan Nokia di pasar global.


Pelajaran Penting

1. Dominasi pasar bukan jaminan keberlanjutan tanpa inovasi.

2. Fixed mindset bisa membuat perusahaan lambat merespons perubahan teknologi.

3. Kepemimpinan dan manajemen internal yang tidak solid mempercepat kemunduran.


Analisis Perbandingan Apple vs Nokia

1. Motivasi: Apple digerakkan oleh passion dan visi besar untuk menciptakan produk yang mengubah hidup manusia, sedangkan Nokia lebih fokus mempertahankan status quo pasar ponsel tradisional.

2. Etika & CSR: Apple aktif mempromosikan isu privasi dan energi terbarukan meski menghadapi kritik rantai pasok; Nokia relatif bersih secara etika, namun etika positif tidak cukup menyelamatkan dari kegagalan inovasi.

3. Mindset: Apple menampilkan growth mindset dengan eksplorasi berani ke produk dan layanan baru; Nokia terjebak dalam fixed mindset yang membuatnya kehilangan daya saing.

4. Inovasi: Apple berorientasi pada peluang, menciptakan tren (super-app, smartphone, App Store); Nokia gagal membaca peluang smartphone sehingga kehilangan relevansi.

5. Dampak: Apple menjadi perusahaan dengan valuasi terbesar di dunia, sementara Nokia kehilangan posisi dominannya dan hanya bertahan di sektor jaringan telekomunikasi.


Kesimpulan dan Rekomendasi

Kesimpulan:
Kasus Apple dan Nokia menunjukkan bahwa motivasi internal yang kuat, mindset growth, dan kemampuan beradaptasi dengan peluang pasar adalah kunci keberhasilan wirausaha. Etika bisnis dan tanggung jawab sosial memang penting untuk membangun reputasi, tetapi tidak cukup tanpa inovasi yang berkelanjutan. Kegagalan Nokia adalah akibat dari arogansi dominasi pasar dan mindset tetap, sedangkan Apple berhasil karena berani mengambil risiko besar dengan visi inovatif.

Rekomendasi untuk calon wirausahawan:

1. Kembangkan visi dan passion: Jangan hanya berbisnis demi profit, tetapi miliki misi yang memberi makna.

2. Fokus pada inovasi berkelanjutan: Dominasi saat ini bisa hilang jika tidak terus membaca arah pasar.

3. Bangun growth mindset: Terima umpan balik, terbuka terhadap perubahan, dan jangan takut melakukan pivot.

4. Integrasikan etika bisnis: Jaga transparansi, privasi konsumen, dan dampak sosial/lingkungan untuk membangun kepercayaan jangka panjang.

5. Kelola organisasi dengan gesit: Hindari birokrasi berlebihan, karena kelambatan pengambilan keputusan bisa menjadi faktor kegagalan.


Sumber

Isaacson, W. (2011). Steve Jobs. Simon & Schuster.

Laporan tahunan Apple Inc. (2015–2022).

Doz, Y., & Kosonen, M. (2008). The Dynamics of Strategic Agility: Nokia’s Rollercoaster Experience.

Artikel bisnis dari Harvard Business Review dan BBC mengenai kejatuhan Nokia.





Peran Bengkel “Sumber Rezeki” dalam Mendukung Perekonomian Lokal di Pondok Kacang

Dibuat Oleh : Ilham Yusuf AE 028

* PEMILIK WIRAUSAHAA




















    Sejak berdiri pada tahun 2015, bengkel motor “Sumber rezeki” yang dikelola oleh saudara saya atau kerabat sayaa yang bernama Bapak yoyo telah menjadi salah satu penopang penting roda ekonomi di lingkungan sekitar daerah pondok kacang. Berawal dari hobi memperbaiki motor, usaha ini berkembang menjadi mata pencaharian utama. Dari sisi rantai pasok, sebagian besar oli, ban, dan suku cadang diambil dari pemasok lokal di bengkel bengkel kecil atau yang besar sekalipun di daerah ciledug, sehingga perputaran ekonomi tetap terjaga di sekitar daerah. Dampak bengkel tidak berhenti pada perbaikan motor saja, tetapi juga dirasakan oleh warung kecil di samping bengkel yang makin ramai, serta tukang tambal ban yang kerap mendapat rujukan pelanggan. Dalam menghadapi persaingan dengan bengkel resmi, Bapak yoyo menerapkan strategi pelayanan cepat, harga transparan, dan inovasi. Selain itu, ia juga menunjukkan kepedulian sosial dengan sering membantu warga sekitar tanpa biaya. Visi ke depan, Bapak yoyo berencana memperluas usaha dengan menambah peralatan dan membuka cabang di lokasi strategis. Wawancara ini menegaskan bahwa bengkel kecil seperti “Sumber rezeki” bukan hanya sekadar tempat servis motor, tetapi juga berperan besar dalam menciptakan lapangan kerja, memperkuat ekonomi lokal, dan menjadi contoh wirausaha yang bertahan berkat kerja keras, konsistensi, serta kejujuran.

Jumat, 26 September 2025

Membangun Bengkel Motor yang Bertanggung Jawab: Refleksi Pribadi tentang Motivasi Wirausaha dan Kontribusi Sosial

Dibuat Oleh : Ilham Yusuf AE 028

Pendahuluan

Saat lulus SMK, saya menemukan ketertarikan dalam diri saya terhadap dunia usaha. Saya sempat bekerja di bengkel motor milik kerabat dekat saya. Dari pengalaman tersebut, saya belajar memahami bahwa berwirausaha bukan hanya tentang mencari keuntungan, tetapi saya juga belajar bahwa berwirausaha juga dapat memberikan dampak positif bagi orang lain terutama dari usaha tersebut saya bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang yang membutuhkan. Refleksi ini memberikan kesempatan untuk saya menggali lebih dalam motivasi serta  bagaimana cara bertanggung jawab harus menjadi pondasi utama dalam perjalanan wirausaha.

 

Motivasi Pribadi

Motivasi saya untuk mendirikan bengkel motor lahir dari dorongan internal dan eksternal. Secara internal, saya merasa passion saya terhadap dunia otomotif sangatlah besar. Saya sangat tertarik dengan bagaimana proses masalah mesin dan kerusakan pada motor bisa diperbaiki, yang dimana sangat sesuai dengan cita-cita saya yaitu menjadi orang yang bermanfaat bagi sekitar atau problem solver. Saya ingin membangun bengkel yang bukan hanya memperbaiki, tetapi saya juga ingin bisa memberikan edukasi kepada pelanggan saya tentang perawatan preventif. Sedangkan dorongan eksternal tumbuh dari keadaan ekonomi Indonesia, di mana banyak sekali Masyarakat yang menggunakan kendaraan bermotor untuk mobilitas sehari-hari, tetapi akses untuk ke bengkel yang berkualitas sangatlah terbatas di daerah pinggiran. Peluang pasar ini sangatlah mendukung, terlihat dari permintaan servis yang meningkat karena kebanyakan orang memilih untuk menggunakan transportasi pribadi. Faktor- faktor tersebut lah yang meyakinkan saya bahwa wirausaha bengkel motor adalah jalan untuk mandiri sekaligus berkontribusi untuk orang lain.

 

Makna Tanggung Jawab Sosial

Saya memandang tanggung jawab sosial dalam berwirausaha bengkel motor sebagai kewajiban untuk mendukung mobilitas masyarakat yang aman dan berkelanjutan. Wirausaha di sektor ini bukan hanya tentang keuntungan, tetapi juga bagaimana membangun ekosistem transportasi yang lebih baik. Harapan saya melalui bengkel saya, dapat berkontribusi dengan melatih pemuda pengangguran di lingkungan sekitar menjadi mekanik yang tidak hanya terampil tapi juga teredukasi dengan baik, sehingga mengurangi angka pengangguran muda yang tinggi. Contohnya, saya berencana membuka program pelatihan gratis untuk anak muda, di mana mereka bisa belajar keterampilan dasar seperti ganti oli atau tune up. Selain itu, saya juga akan mempromosikan praktik ramah lingkungan, seperti mendaur ulang limbah ban bekas menjadi sesuatu yang bisa digunakan lagi. Serta mengedukasi tentang berkendara yang aman untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas yang sering menewaskan pemuda. Kontribusi ini akan saya masukkan kedalam operasional harian, agar usaha saya tidak hanya bertahan, tapi juga bisa memperkuat suatu komunitas.

 

Nilai Etika dan Prinsip Bisnis

Bagi saya, nilai yang paling penting dalam menjalankan suatu usaha adalah kejujuran. Kejujuran yang dimaksud sebagai contohnya saya tidak akan merekomendasikan sparepart palsu atau perbaikan yang tidak diperlukan; saya akan menjelaskan diagnosis yang ditemukan dengan bukti untuk membangun kepercayaan. Selain itu transparasi juga penting, sebagai contoh dalam implementasinya, akan diterapkan pembayaran melalui system penagihan digital secara detail agar pelanggan bisa melihat rincian biaya jasa, dengan tujuan menghindari praktik kecurangan yang berujung merugikan pelanggan. Dalam penerapannya, saya juga akan Menyusun kode etik bengkel termasuk pelatihan karyawan tentang standar keselamatan dari Asosiasi Bengkel Indonesia, dan melakukan audit secara berkala untuk memastikan tidak ada praktik kecurangan yang terjadi di bengkel saya.

 

Tantangan dan Strategi Menghadapinya

Saya paham betul bahwa berwirausaha tidak selalu berjalan mulus, melalui refleksi ini membantu saya merancang strategi untuk menjaga integritas serta tanggung jawab sosial. Tantangan terbesar adalah persaingan yang ketat dari bengkel besar yang menawarkan suku cadang dengan harga murah yang bisa menggoda saya untuk kompromi kualitas. Selain itu, regulasi lingkungan seperti pengelolaan limbah berbahaya juga bisa membebankan biaya operasional. Untuk menghadapi tantangan itum saya akan fokus pada layanan personal dan edukasi gratis, seperti mengadakan workshop tentang perawatan motor di komunitas. Strategi lainnya adalah membangun kemitraan dengan jaringan UMKM otomotif untuk berbagi informasi mengenai best practices. Saat menghadapi krisis, seperti lonjakan kasus selama musim hujan yang memaksa untuk lembur, saya akan prioritaskan keselamatan karyawan dan pelanggan, daripada harus melanggar kode etis. Dengan itu saya menjadikan tantangan sebagai peluang untuk membuktikan komitmen sosial.

 

Kesimpulan

Melalui refleksi ini, saya belajar bahwa motivasi berwirausaha harus didasari passion autentik dan visi sosial, sementara etika adalah jangkar yang mencegah penyimpangan. Sebagai calon wirausaha bengkel motor, harapan saya adalah menciptakan usaha yang tidak hanya menguntungkan, tapi juga aman dan inklusif bagi Masyarakat, serta membantu mobilitas masyarakat. Saya siap melangkah dengan tekad kuat, karena wirausaha sejati adalah tentang memperbaiki tidak hanya mesin, tapi juga kehidupan orang lain.


Kamis, 18 September 2025

Mentalitas Pantang Menyerah: Kunci Resilience bagi Seorang Wirausaha

 Dibuat Oleh : Ilham Yusuf AE 028









● Abstrak

Kegiatan wirausaha selalu identik dengan risiko, ketidakpastian, serta dinamika perubahan pasar yang tidak menentu. Dalam konteks ini, mentalitas pantang menyerah menjadi modal utama untuk membangun resilience atau daya lenting yang memungkinkan seorang wirausaha tetap bertahan, bahkan berkembang di tengah tekanan. Artikel ini membahas hubungan erat antara sikap pantang menyerah dengan pembentukan resilience, strategi praktis yang dapat diterapkan wirausaha, serta contoh nyata dari tokoh-tokoh sukses. Selain itu, tulisan ini juga menyoroti pentingnya dukungan lingkungan, pendidikan kewirausahaan, dan aspek psikologis dalam memperkuat daya lenting. Diharapkan tulisan ini mampu memberikan pemahaman komprehensif mengenai bagaimana resilience dapat menjadi kunci kesuksesan wirausaha di era kompetitif saat ini.


● Kata Kunci

Wirausaha, mentalitas pantang menyerah, resilience, motivasi, strategi bisnis


● Pendahuluan

Wirausaha adalah profesi yang penuh tantangan. Setiap wirausaha, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman, hampir pasti akan berhadapan dengan kegagalan, risiko kerugian, dan tekanan mental. Menurut survei global, lebih dari 70% bisnis baru gagal dalam lima tahun pertama akibat lemahnya manajemen, perubahan pasar, serta ketidakmampuan mengelola risiko.

Namun, di balik angka kegagalan tersebut, ada sekelompok wirausaha yang berhasil bertahan bahkan berkembang pesat. Salah satu perbedaan utama terletak pada mentalitas: bagaimana mereka menyikapi kegagalan, mengelola tekanan, dan bangkit dari keterpurukan. Mentalitas pantang menyerah bukan sekadar sikap keras kepala, melainkan kemampuan untuk tetap fokus pada tujuan, mencari solusi kreatif, dan belajar dari pengalaman.

Pendekatan ini dikenal sebagai resilience atau daya lenting, yaitu kapasitas psikologis dan emosional untuk bertahan, beradaptasi, serta terus melangkah maju meskipun menghadapi tekanan berat. Artikel ini akan membahas permasalahan umum wirausaha, peran resilience, strategi membangunnya, serta contoh nyata yang relevan.


● Permasalahan

1. Mengapa banyak wirausaha gagal bertahan pada masa-masa awal usaha?

2. Bagaimana peran mentalitas pantang menyerah dalam membangun resilience?

3. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat terbentuknya daya lenting seorang wirausaha?

4. Strategi apa yang efektif untuk menumbuhkan resilience dalam praktik kewirausahaan?


● Pembahasan

1. Pentingnya Mentalitas Pantang Menyerah

Mentalitas pantang menyerah adalah sikap yang mendorong seseorang untuk tetap berusaha meskipun menghadapi kegagalan berulang kali. Dalam kewirausahaan, sikap ini menjadi faktor penentu antara mereka yang menyerah di tengah jalan dan mereka yang akhirnya mencapai kesuksesan.

Pantang menyerah tidak berarti buta arah, tetapi menggabungkan tekad dengan fleksibilitas. Seorang wirausaha yang gigih tahu kapan harus menyesuaikan strategi, mencari inovasi, atau bahkan memulai kembali dengan pendekatan yang lebih baik.

2. Resilience sebagai Kunci Wirausaha

Resilience dapat dipahami sebagai daya lenting mental yang membuat seseorang tidak hanya mampu bertahan dari tekanan, tetapi juga menemukan peluang di tengah kesulitan. Dalam konteks wirausaha, resilience ditunjukkan melalui:

Kemampuan Adaptasi → mampu menyesuaikan strategi dengan kondisi pasar yang dinamis.

Kreativitas dan Inovasi → menjadikan masalah sebagai pemicu lahirnya ide baru.

Konsistensi dan Disiplin → menjaga fokus jangka panjang meski hasil belum terlihat segera.

Pengendalian Emosi → tetap tenang dan rasional dalam mengambil keputusan penting.


3. Faktor Pendukung Resilience

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya resilience seorang wirausaha:

Internal: motivasi, visi yang jelas, manajemen emosi, dan pengalaman pribadi.

Eksternal: dukungan keluarga, jejaring bisnis (networking), akses terhadap mentor, serta lingkungan yang positif.

Pendidikan: pembekalan ilmu kewirausahaan yang tidak hanya menekankan aspek teknis, tetapi juga penguatan mental.


4. Strategi Membangun Resilience

Untuk menumbuhkan resilience, seorang wirausaha dapat menerapkan strategi berikut:

1. Berpikir Positif → melihat kegagalan sebagai bahan evaluasi, bukan akhir perjalanan.

2. Belajar dari Tokoh Inspiratif → memahami bahwa hampir semua pengusaha sukses pernah gagal.

3. Networking dan Kolaborasi → memperluas relasi untuk mendapatkan dukungan moral dan peluang bisnis.

4. Manajemen Stres → menjaga kesehatan fisik dan mental dengan pola hidup seimbang.

5. Kedisiplinan → konsisten dalam mengerjakan rencana meski hasil belum terlihat.

6. Refleksi dan Evaluasi → meluangkan waktu untuk menganalisis kesalahan agar tidak terulang.

5. Contoh Nyata

Banyak tokoh wirausaha sukses yang membuktikan pentingnya resilience.

Elon Musk → pernah mengalami kegagalan besar dengan SpaceX dan Tesla, bahkan hampir bangkrut, namun kegigihan dan daya lenting membuatnya bangkit dan kini menjadi salah satu pengusaha paling berpengaruh di dunia.

Bob Sadino → memulai usaha dari nol, pernah gagal dan diremehkan, tetapi akhirnya sukses membangun bisnis agribisnis modern di Indonesia.

Susi Pudjiastuti → dengan latar belakang pendidikan nonformal, mampu membangun bisnis perikanan dan penerbangan yang sukses berkat kegigihan dan sikap pantang menyerah.

6. Implikasi dalam Dunia Pendidikan

Bagi mahasiswa atau calon wirausaha muda, resilience dapat ditumbuhkan sejak dini melal
Pelatihan kewirausahaan berbasis pengalaman nyata.
Simulasi menghadapi risiko bisnis.
Program mentoring oleh pengusaha senior.
Pembiasaan pola pikir growth mindset di lingkungan kampus.


● Kesimpulan

Mentalitas pantang menyerah adalah kunci utama bagi seorang wirausaha dalam membangun resilience. Dengan daya lenting yang kuat, seorang wirausaha tidak hanya mampu bertahan dari tekanan, tetapi juga menjadikan kegagalan sebagai pijakan menuju kesuksesan. Resilience bukanlah kemampuan bawaan, melainkan keterampilan yang dapat diasah melalui pengalaman, pendidikan, dan lingkungan positif.


● Saran

1. Bagi wirausaha muda: jadikan kegagalan sebagai bagian dari proses belajar, bukan akhir dari perjalanan.


2. Bagi pendidik: integrasikan penguatan mental dalam kurikulum kewirausahaan.


3. Bagi pemerintah dan masyarakat: ciptakan ekosistem bisnis yang mendukung, termasuk akses modal, jaringan, dan pelatihan mentalitas.


4. Bagi wirausaha berpengalaman: jadilah mentor bagi generasi berikutnya agar semangat resilience terus menular.


● Daftar Pustaka

Goleman, D. (2000). Emotional Intelligence. New York: Bantam Books.

Reivich, K., & Shatté, A. (2002). The Resilience Factor. New York: Broadway Books.

Suryana, Y. (2013). Kewirausahaan: Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat.

Saputra, M. (2021). Resilience dalam Dunia Wirausaha. Bandung: Alfabeta.

Duckworth, A. (2016). Grit: The Power of Passion and Perseverance. New York: Scribner







Selasa, 16 September 2025

Power of Change

 Power of Change adalah ruang berbagi gagasan dan pengetahuan tentang energi terbarukan dari sudut pandang mahasiswa Teknik Mesin. Blog ini membahas inovasi, teknologi, serta peluang energi bersih untuk mendukung masa depan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

1. Konsultan Mini / Edukasi Energi Terbarukan

Bikin konten edukasi (blog, YouTube, workshop kecil) tentang energi terbarukan.

Bisa menghasilkan lewat ads, e-book, atau pelatihan.

2. Jual Produk Hemat Energi

Lampu LED, panel surya portable, powerbank tenaga surya.

Bisa mulai dari reseller online.



Analisis Kampanye Pemasaran NBDN Denim: Strategi Brand Lokal Indonesia yang Menembus Pasar Jepang

*contoh di festival inazuma jepang  Pendahuluan  Saya memilih kampanye pemasaran dari merek denim lokal NBDN (No Branded On) karena merek in...